Minggu, 30 November 2008

Bagaimana anak-anak…Bagaimana kita

Mas…mas…mas…! Teriak ocha ketika mo turun dari sepeda. Wisnu dengan tergopoh-gopoh menghampiri sepeda yang dinaiki Ocha, memeganginya sampai Ocha turun dari sepeda. Sepeda Ocha memang terlalu besar hingga tidak bisa turun sendiri. Mereka berdua adalah ponakan dan sepupuku, yang sekarang baru kelas 2 SD.

1. Kebaikan kita adalah kebaikan anak-anak.
Karena kedua orang tua Wisnu kerja, maka tiap hari dia dititipkan ke ibunya Ocha. Ibunya Ocha memperlakukannya sama baiknya dengan Ocha, anaknya sendiri. Anak itu bisa merasakan perlakuan yang tulus. Maka ketika Ibunya Ocha meminta ‘ jagain Adik yaa’ pada Wisnu, maka fragmen di atas adalah salah satu gambaran Wisnu menjaga dan menyayangi Ocha.

2. Anak menumpuk kekesalan dan kemanjaan.
Setiap hari kerja Wisnu menjadi anak yang manis, penyayang, dan tidak nakal. Tapi jika hari libur tiba dimana ada bapak dan ibunya di rumah, maka hari itu akan menjadi luapan seluruh emosi, kenakalan, dan kemanjaan. Kalau hari libur tiba pasti akan terdengar tangis dari rumah sebelah. Mungkin hal ini tidak terjadi pada seluruh anak, tapi sepanjang yg saya lihat, biasanya itulah yang terjadi.

3. Anak meniru pola-pola yang dilihatnya
Satu kasus yang pernah terjadi, seorang psikopat yang suka menganiaya wanita. Ternyata dia mengalami trauma masa kecil dimana dia sering melihat ayahnya menganiaya ibunya. Kalau trauma ini tidak diatasi maka akan berakibat buruk di masa dewasanya.
Anak cenderung meniru pola yang dilihatnya. Seorang psikopat tersebut sangat membenci ayahnya, tapi justru karena tidak bisa mengatasi rasa kebencian itu dia meniru apa yang dilakukan ayahnya. Anak yang melihat ibunya sering emosi, sering membanting piring..gelas..dll, maka karakternya akan terbentuk suka emosi juga. Maka berhati-hatilah para orang tua agar menjaga sikap, agar anak-anak hanya melihat pola-pola yang baik saja.

Tidak ada komentar: